Ada Apa dengan Dunia Kampus ?Ones Pabua
Oleh
: Ones Pabua
BICARA
tentang dunia kampus tentu tidak akan lepas dari berbagai macam problematika
yang ada di dalamnya. Entah itu di perguruan tinggi negeri maupun di perguruan
tinggi swasta.
Problem yang lazim kita
jumpai dalam dunia kampus antara lain, fasilitas kampus yang tidak memadai, termasuk
uang kuliah yang tinggi atau mahal, dan berbagai macam problem lainnya yang
pada umumnya merugikan para mahasiswa.
Tak terkecualia upaya pembungkaman
terhadap sikap kritis mahasiswa menjadi hal yang sangat lumrah di temui.
Tentu hal-hal seperti
demikian, membuat sebahagian mahasiswa menjadi risih dan mencoba untuk mengubah
situasi tersebut. Mahasiswa yang bersikap seperti itu biasanya tergolong aktivis
mahasiswa atau mereka yang aktif di organisasi kemahasiswaan.
Mahasiswa yang kritis adalah
mereka yang lahir dan bertumbuh dalam budaya-budaya diskusi. Berbeda dengan
beberapa mahasiswa lainnya yang lebih condong berjiwa pragmatis dan menutup
diri bagi organisasi kemahasiswaan. Orientasi mahasiswa semacam ini, pada
umumnya berupaya menyelesaikan kuliah secepat mungkin. Dan bagi mereka
organisasi hanya akan menghambat kuliah.
Masa
Pandemi Covid-19
Kini berbagai macam
problematika dalam dunia kampus semakin diperparah dengan adanya pandemi
Covid-19. Bahkan bukan hanya berdampak pada perguruan tinggi, namun hampir
semua sektor merasakan imbas dari pada wabah tersebut. Termasuk sektor ekonomi yang
sangat vital, karena berhubungan langsung dengan sektor pendidikan.
Tentu perekonomian yang kian
merosot membuat sebagian mahasiswa yang kurang beruntung dengan penghasilan
keluarga rendah, menjadi kewalahan dalam memenuhi kewajiban membayar uang
kuliah.
Ironisnya, kebijakan yang
dikeluarkan pihak birokrasi kampus masih belum mampu menjawab persoalan
tersebut. Bahkan kebijakan yang katanya merepresentasikan kepentingan mahasiswa
berupa beasiswa, terkesan tidak adil, karena tujuan dari pada bantuan yang
diberikan banyak yang tidak tepat sasaran.
Dimasa pandemi Covid-19, yang
lebih memprihatinkan lagi adalah mahasiswa angkatan baru yang sama sekali belum
pernah menikmati fasilitas kampus akibat diberlakukannya kuliah during atau
kuliah online, juga masih diwajibkan membayar uang kuliah penuh tanpa potongan
atau dispensasi (pengurangan uang kuliah). Sangat miris bukan? Ini menjadi
pertanyaan yang fundamental bagi kita selaku mahasiswa, bagaimana cara
menyikapi problem demikian? Apakah membiarkan sistem seperti ini, terus
berlanjut atau mencoba untuk mengubahnya dengan segala resiko yang ada?
Kendati, sebagian mahasiswa telah
melayangkan protes dalam bentuk petisi maupun demonstrasi sebagai respon atas
problematika semacam itu, namun sebagian juga terkesan apatis terhadap realitas
yang ada.
Sehingga tak jarang protes para
mahasiswa kritis, hanya menemui jalan buntu. Karena tidak ada kejelasan dari
sang pemegang otoritas kampus. Bahkan tak jarang perjuangan mahasiswa kritis,
malah direpresif oleh para birokrat kampus yang anti kritik dengan sanksi skorsing
hingga sanksi drop out atau dihentikan studinya (dikeluarkan dari kampus).
Entah sampai kapan
problematika demikian bisa berakhir dan siapa yang dapat memecahkan masalah
yang tak kunjung ada habisnya itu? Semoga kita dapat menjadi bahagian dari
sumber solusi untuk mengatasi problem demikian. Amin.
***) Penulis adalah Mahasiswa
Universitas Cokroaminoto Palopo dan Aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI) Cabang Palopo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Serikat Rakyat Miskin Demokratik (SRMD) tidak bertanggung jawab atas komentar yang anda tulis pada halaman komentar, admin situs ini juga akan menghapus komentar yang tidak objektif dan atau postingan yang berbau SARA.