William Marthom (Ketua Umum DPP SRMD) |
Penulis : William Marthom
Transformasi Ormas Menjadi Orpol ;
Pasca
dimapankannya tatanan ekonomi, sosial, politik dan budaya feodalisme menjadi
kolonialisme, imprialisme dan kapitalisme di Hindia Belanda, “Negeri jajahan
kolonial Belanda termasuk Indonesia”. Pengaruh revolusi Cina dibawah
kepemimpinan Sun Yat Sen, dan kebangkitan kaum terpelajar Turki, serta percikan
api revolusi Bolshevik di Rusia pada Oktober 1917 menginspirasi kaum terpelajar
di negeri jajahan Hindia Belanda termasuk di Indonesia, untuk bangkit berjuang
dan melakukan revolusi pembebasan nasional.
Organisasi
masyarakat (Ormas) Boedi Oetomo (BU) yang berdiri sejak tahun 1908, pada Juli
1917 mentransformasikan diri menjadi organisasi politik (Orpol). Ormas BU
berubah menjadi Partai Boedi Oetomo (PBU). Demikian pula dengan organisasi
Syarikat Islam (SI) yang berdiri sejak tahun 1912, kemudian bertransformasi
menjadi Orpol pada tahun 1921. Ormas SI berubah menjadi Partai Syarikat Islam
(PSI).
Meski
di Hindia Belanda, khususnya di negeri Indonesia sejumlah Ormas mengalami
kemajuan organisasi yang mentransformasikan diri menjadi Orpol pada masa itu
terus berkembang secara dialektik dari tingkatan kwantitatif ke tingkatan
kwalitatif namun rakyat yang hidup di negeri jajahan seperti di Hindia Belanda,
terkhusus bangsa Indonesia pada waktu itu tidak bisa berharap banyak akan
perubahan nasibnya, apa lagi menitipkan harapannya pada partai politik yang baru
saja bermetamorfosis.
Sebab
PBU dan PSI ternyata kemudian pada awal berdirinya mengambil sikap politik yang
tidak berpihak pada rakyat untuk membebaskan rakyat secara nasional menjadi
sebuah bangsa yang berdaulat tanpa penindasan dan penghisapan system
kolonialisme, imprialisme, serta kapitalisme yang juga terus dimapankan oleh
bangsa para penjajah.
Hal
itu dapat dilihat dari sikap politik PBU dan PSI yang kemudian berkooperasi
dengan system kolonial Belanda melalui cara mengutus delegasinya masuk Parlemen
Belanda, “Bangsa Penjajah Indonesia pada waktu itu”. Yang sejatinya kedua
partai tersebut menjadi alat perjuangan dan sekolah politik bangsa Indonesia
untuk melawan system kolonialis, imprialis dan kapitalis pada masa itu, untuk
mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Lahirnya PKI di Indonesia ;
Dalam
Kongres PSI di Yogyakarta pada tahun 1921 terjadi perpecahan dalam kubu PSI.
Perpecahan PSI diawali dari perdebatan alot secara fundamental antara faksi
yang memilih berkooperasi dengan Parlemen Belanda dan faksi progresif
revolusioner yang beraliran idiologi komunis dengan sikap politik non
kooperasi. Perdebatan secara esensial itu tidak dapat terselesaikan secara
mufakat dalam Kongres tersebut.
Keadaan
di dalam internal PSI semakin parah karena adanya perselisihan yang
berkepanjangan antara para anggotanya, terutama di Semarang dan Yogyakarta membuat tokoh PSI sekaliber, Haji Agus Salim,
mengambil langkah penegakan disiplin partai. Dengan melarang anggota PSI menggunakan
gelar ganda di kancah perjuangan pergerakan rakyat Indonesia, “kader PSI tidak
boleh menggunakan gelar organisasi lain selain PSI saat berjuang, meski mereka
juga anggota atau kader organisasi lain”.
Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggota yang
beraliran komunis dalam tubuh PSI yang menolak sikap politik berkooperasi
dengan mengutus delegasi PSI masuk ke Parlemen Belanda, kesal dan keluar dari
PSI, serta membentuk ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereeniging atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia
Belanda).
Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi
ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH). Mantan Ketua Ormas Syarikat
Islam (SI) asal Semarang yang bernama Semaoen, diangkat sebagai Ketua PKH dan
PKH menjadi partai beraliran komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari
Komunis Internasional. Ketika Kongres ke II Komunis Internasional dilaksanakan pada
tahun 1920 sala satu tokoh pendiri ISDV berkebangsaan Belanda yang menjadi
bahagian dari PKH, Henk Sneevliet, diutus menjadi perwakilan PKH dalam kongres
itu.
Dalam
sebuah Kongres di Bandung pada Maret 1923 PKH sekali lagi bertransformasi
menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI menjadi partai yang pertama kali
mencantumkan kata Indonesia menjadi nama dan identitasnya. Dalam sikap
politiknya PKI secara tegas menolak berkooperasi dengan pemerintahan Hindia
Belanda dan menolak untuk mengutus perwakilannya bergabung masuk Parlemen
Belanda, hal inilah yang secara esensial sangat jauh berbeda dengan PSI dan PBU
yang berkooperasi.
PKI
mengemban dan mengembangkan suatu kebudayaan yang revolusioner serta
mengumandangkan pengertian kebebasan. Cikal bakal PKI merupakan manifestasi
kesadaran perlawanan rakyat terhadap kolonial Belanda pada waktu itu di jazirah
Nusantara.
Pada
akhir tahun 1926 hingga Januari 1927 PKI terus menjalankan politik radikalnya
sebagai partai yang non kooperasi memimpin, serta melakukan pemberontakan pertama
kali secara besar-besaran di Indonesia dengan menolak penjajahan kolonial
Belanda.
PKI Gagal dan Pecah ;
Karena
selain belum cukup kuat sebagai partai yang baru saja berdiri, PKI dengan basis
massa buruh-tani dan petani miskin, serta kaum papa lainnya, pada masa pemberontakan
tahun 1926/1927 mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan tersebut juga
disebabkan ketidak kompakan kader-kader PKI dalam mengorganisir dan
mengkonsolidasikan kekuatan-kekuatan potensial rakyat pada basis massa PKI.
Kegagalan pemberontakan tersebut meski telah dirancang
sekian lama, dan dibahas sejak di dalam perundingan rahasia aktivis PKI di
Prambanan. Namun rencana itu mendapat penolakan secara tegas dari salah satu tokoh
pendiri PKI yang bernama Tan Malaka, yang basis massanya cukup banyak terutama
di Sumatra.
Penolakan Tan Malaka terkait rencana pemberontakan PKI
tersebut diabaikan oleh sejumah kader PKI, yang kemudian berbuntut pada
pendirian Partai Rakyat Rakyat Indonesia (PARI) oleh Tan Malaka bersama
sejumlah rekannya. Tan Malaka, kemudian di cap oleh kader-kader PKI sebagai
pengikut Leon Trotsky yang juga sala satu tokoh sentral perjuangan revolusi Bolshevik
di Rusia pada Oktober 1917.
Meski
PKI gagal dalam usaha perjuangan pembebasan rakyat secara nasional, akan tetapi
pemberontakan itu cukup membuat pemerintah kolonialis Belanda sangat
direpotkan, serta ketakutan terhadap aksi-aksi massa radikal dan progresif yang
didalangi oleh PKI pada masa itu.
Ketidak
mampuan PKI dalam mengkonsolidasikan secara baik dan menyeluruh
kekuatan-kekuatan potensial rakyat seperti kaum buruh-tani, petani miskin dan kaum tertindas lainnya pada masa
pemberontakan itu, menyebabkan selain kekalahan melawan militer Pemerintah
Hindia Belanda, juga berakibat ditangkap dan dipenjarakannya sekitar 13.000
pejuang rakyat yang diasingkan ke Boven Digul, sebuah Kamp tahanan politik di
Papua. Dan pada tahun 1927 PKI dinyatakan sebagai partai terlarang oleh
pemerintahan Hindia Belanda.
Kendati
demikaian kekalahan dan kegagalan pemberontakan PKI pada tahun 1926/1927
ternyata justru menginspirasi perjuangan rakyat Indonesia untuk semakin maju
dan berkembang secara kwantitatif ketingkatan kwalitatif secara dialektik.
Posisi
PKI dalam memimpin perjuangan pembebasan nasional diambil alih oleh Partai
Nasionalis Indonesia (PNI) yang berdiri sejak 4 Juli 1927 dibawah kepemimpinan
Soekarno. PNI yang berwatak kerakyatan dan merupakan partai massa, juga
bersikap non kooperasi dengan sistem kolonial ala Parlemen Belanda.
Sisa-sisa
simpatisan dan kader progresif revolusioner PKI kemudian bergabung dengan PNI.
Menjadikan PNI sebagai alat perjuangan rakyat tertindas dalam melawan
kolonialisme Belanda pada waktu itu.
Meski
dukungan rakyat terhadap PNI saat itu semakin meluas, namun derasnya arus represif
kolonial yang menumpas dan mengirim para aktivis PNI kepenjara, tak terkecuali
Soekarno. Akhirnya pada tahun 1929 pimpinan PNI mengambil keputusan membubarkan
diri. Namun aktivitas kaum revolusioner yang anti kolonialisme terus belanjut
dengan gerakan bawah tanah (GBT).
Arti dan Lambang Komunis ;
Komunis
adalah penganut paham komunisme, sedangkan komunisme adalah paham atau ideologi
politik yang menganut ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels, yang hendak
menghapuskan milik perseorangan atas alat produksi dan menggantikannya dengan
hak milik bersama yang dikontrol oleh Negara.
Lambang
palu dan sabit menjadi simbol dari komunis, sebenarnya tidak memiliki sejarah
yang tidak ada hubungannya dengan komunisme. Simbol palu sebenarnya bermakna mewakili
para buruh dan sabit mewakiti para petani. Simbol palu dan sabit yang menyilang
muncul sebagai bentuk pengkomunikasian, serta bersatunya kaum buruh dan petani
dalam revolusi Bolshevik pada Oktober 1917 di Rusia.
Revolusi para pekerja (buruh pabrik, buruh tani, petani miskin dan kaum marjinal lainnya) yang tergolong kalangan bawah tersebut mengundang perhatian dunia. Mereka yang menyepelekan kaum pekerja tidak mengira akan kekuatan dasyat yang dimiliki oleh persatuan kaum buruh dan petani.
Hal
inilah yang mendorong para komunis-sosialis, yang sebelumnya menggunakan
bendera merah atau sering dikenal dengan tentara merah ala pasukan Republik
Rakyat Tiongkok (RRT), memanfaatkan simbol pekerja tersebut sebagai lambang
bendera partai komunis.
Pada
tahun 1922 penggunaan lambang palu dan sabit menyilang dengan latar belakang
merah diresmikan menjadi bendera komunis di seluruh dunia oleh Komunis
Internasional. Jadi bendera merah berlogo palu dan sabit menyilang tidak tepat
disebut sebagai bendera PKI, akan tetapi lebih tepatnya jika disebut sebagai
bendera komunis. (*****)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Serikat Rakyat Miskin Demokratik (SRMD) tidak bertanggung jawab atas komentar yang anda tulis pada halaman komentar, admin situs ini juga akan menghapus komentar yang tidak objektif dan atau postingan yang berbau SARA.