Ketika Alat Produksi Semakin Canggih,
Kemana Para Pekerja ?
Penulis : Sumartono (Sekjend DPP SRMD)
Pertanyaan diatas muncul dalam pikiranku ketika melihat padi
di kampung halaman saat musim panen tiba tidak lagi menggunakan tenaga
manual (manusia) saat dipanen, melainkan menggunakan mesin pemanen padi.
Sawah
yang dulu di panen dengan menggunakan banyak tenaga manusia, kini hanya dipanen
oleh 2 atau 3 orang saja. Waktu memanenpun
sudah begitu lebih cepat ketimbang
menggunakan tenaga kerja manual dan tentu dengan biaya yang
lebih murah.
Itulah
kelebihan teknologi saat ini. Membuat
manusia menjadi lebih mudah dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Ketika Peran Manusia Digantikan oleh Mesin ;
Namun pertanyaan anehku
muncul di balik kekaguman akan kemajuan teknologi yang tak terbendung itu. Kemana
para tenaga kerja manual setelah posisinya digantikan
oleh teknologi canggih ?
Puluhan, belasan, bahkan ratusan para
pekerja/buruh yang biasanya ramai
berjejeran di tengah sawah ketika musim panen tiba ? Apa pekerjaan mereka
sekarang ? Bukankah pekerjaan mereka
hanya itu karena keterbatasan ketrampilan
dan juga sebagai konsekwensi masyarakat desa yang tidak berpendidikan.
Bahkan sebelum posisi tenaga kerja manual digantikan oleh
mesin berteknologi canggih, tak jarang para tenaga kerja manual itu ikut
majikannya, ketika majikan mereka
memborong pemanenan padi dengan menggunakan alat pemanen padi semi modern yang
biasa disebut mesin dross di
daerah yang jauh dari kampung halaman
mereka.
Pastilah
kini mereka harus mencari pekerjaan yang baru demi bertahan hidup. Namun pertanyaan tidak
berhenti sampai di situ.
Dengan Teknologi Canggih Peran Manusia Digantikan oleh
Mesin ;
Bagaimana
dengan lapangan kerja lainnya, yang saat ini masih
menggunakan tenaga manusia (tenaga manual- red) ? Besok atau lusa posisi mereka juga
akan tergantikan oleh mesin berteknologi canggih
bahkan robot. Tenaga kerja
manusia
dalam jumlah besar sudah tidak lagi di
butuhkan ketika zaman itu tiba.
Perbedaan Revolusi Industri dan Evolusasi Industri ;
Sejak revolusi industri pada
akhir abad 18, perkembangan teknologi dalam proses produksi maupun dalam hal
lain terus berkembang. Dengan
kemajuan teknologi, peradaban manusia berkembang dengan sangat pesat. Melahirkan kelas pekerja yang bekerja di
pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan mulai dari perusaan kecil hingga
perusahaan/industri raksasa.
Namun tampaknya situasi kini
berubah. Jika revolusi industri di belahan benua Eropa
dan Amerika pada awal revolusi industry abad 18 lalu,
melahirkan industri raksasa dan membuka lapangan pekerjaan, namun saat ini “evolusasi” industri kini
mengeliminasi para pekerja. Seperti mesin pemanen padi, mesin penanam padi, mesin pelinting rokok,
mesin pencucuian mobil dll. Kini
bahkan ada mesin yang kecerdasannya hampir sama dengan manusia (robot).
Kemajuan Teknologi Melahirkan Bom Waktu Gejolak Sosial
;
Bahkan beberapa ilmuan di benua Eropa dan Amerika memprediksi,
10 tahun kedepan kita akan menemukan banyak mesin-mesin
yang bekerja secara otomatis (robot), menggantikan pekerjaan/peran
manusia.
Lalu kondisi demikian apa efek
sosialnya ? Jika
reveolusi industri melahirkan kelas pekerja dan kelas borjuasi/kapitalis (pemilik modal/alat produksi)
maka menurut saya “evolusasi”
industri akan melahirkan masyarakat pengangguran dalam jumlah yang besar !
Apalagi jika corak produksinya masih bersifat monopoli dan individualistik. Seorang pemilik alat produksi atau modal dapat
melakukan proses produksi, serta
menguasai pasar tanpa menggunakan tenaga
kerja manusia atau buruh/pekerja.
Jika demikian, maka perbedaan
antara yang kaya dan miskin akan
sangat mencolok. Dan bila kondisinya sudah
demikian, maka ketimpangan sosial dalam
masyarakat akan melahirkan konflik sosial yang tidak dapat terelakkan.
Ini adalah bom waktu akibat dari
kemajuan teknologi.
Solusi Menghadapi Kemajuan Teknologi atau Zaman
Robotisasi ;
Lalu apa yang harus di lakukan
agar “bom waktu” ini tidak meledak ? Salah satu
cara yang mungkin dapat menghentikan
bom waktu tersebut sebagai solusi adalah
dengan mengembangkan sistem
ekonomi gotong-royong (bekerja sama) atau koperasi di segala
sektor.
Sebab
dengan corak produksi
ala ekonomi gotong royong/koperasi maka kepemilikan alat
produksi atau mesin (robot) akan di miliki secara bersama
(milik kolektiv) karena secara
umum corak produksi dan sistem ekonomi gotong-royong/koperasi adalah
dari anggota oleh anggota dan untuk anggota.
Dengan
sistem demikian maka manusia justru
memiliki
waktu luang yang banyak untuk bersama keluarga,
bersantai atau berlibur tanpa harus takut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya atau dengan kata
lain manusia akan lebih sejahtera sebab memilik koperasi yang di kendalikan
oleh mesin atau robot milik kolektiv yang dapat menjamin kesejahteraan
mereka.
Bukankah dengan demikian
masyarakat sejahtera/madani akan terbentuk,
yang biasa diistilakan orang dengan sebutan masyarakat tanpa kelas ? (*****)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Serikat Rakyat Miskin Demokratik (SRMD) tidak bertanggung jawab atas komentar yang anda tulis pada halaman komentar, admin situs ini juga akan menghapus komentar yang tidak objektif dan atau postingan yang berbau SARA.